Bangsa yang akan mengusai dunia adalah bangsa yang mengusai teknologi informasi (IT), karena itu generasi muda Indonesia wajib menguasai teknologi dan informasi. Begitu salah satu materi yang disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI, Ir. Tifatur Sembiring dalam kuliah tamu di Universtas Brawijaya (UB), Sabtu (4/5).
Dalam kuliah tamu cyber IT dan kreatifitas IT di UB tersebut, menteri menyampaikan, kalau tidak orang Indonesia sendiri siapa lagi yang akan membawa negara Indonesia maju. Sebab dunia cyber kelak, seiring perkembangan teknologi adalah sarana utama untuk bisa melindungi negara.
“Menarik apa yang disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, ke depan Amerika tidak akan mengirim pasukan lagi secara besar-besaran ke negara lain. Amerika akan fokus kepada cyber space untuk menguasai dunia,” jelas Tifatul, Sabtu (4/5).
Tifatul menjelaskan, perang cyber pasti tidak terhindarkan lagi, karena itu Indonesia harus siap menghadapinya, sebab kalau tidak orang Indonesia sendiri siapa lagi yang akan melindungi negaranya. Generasi muda harus siap menghadapi tantangan cyber war ke depan yang dipastikan akan semakin sengit.
Dengan perkembangan ekonomi yang terbesar didunia setelah China, Indonesia disebutkan Tifatul memiliki peluang yang sangat besar untuk bisa maju dan bersaing dengan bangsa-bangsa di dunia. Kalau Amerika membutuhkan waku 200 tahun untuk bisa menjadi modern dan besar seperti sekarang Indonesia di tahun 2045 harus benar-benar bisa menjadi negara maju dan modern.
“Indonesia tahun 2045 menargetkan bisa menjadi bangsa yang modern, kita hanya di bawah China. Syarat modernisasi adalah pengetahuan tentang IT dan cyber agar tidak tertinggal, karena itu kita harus terus belajar,’ tegas Tifatul.
Kemajuan IT dan cyber diakui Tifatul memerlukan proses dan waktu, kesiapan sumber daya manusia harus ditata sedini mungkin. Indonesia sudah punya sumber daya manusianya tinggal mau atau tidak belajar IT dan cyber agar tidak kalah dengan bangsa lain.
“Indonesia saat ini memiliki 250 juta penduduk, jangan sampai negara kita terus menjadi negara yang tertinggal,” tambah Tifatul.
Tifatul juga menyoroti penyebaran informasi yang sudah kebablasan di Indonesia. Akibat dari keadaan ini, tingkat kesalahpahaman di masyarakatpun semakin tinggi. Seharusnya TV jangan sembarangan menyiarkan dialog dan diskusi yang ujungnya menimbulkan perpecahan NKRI.
“Kepemimpinan nasional yang lemah sejak tahun 1998 banyak sekali merugikan Indonesia, lepasnya Timor-timur, gejolak papua, Ambon berdarah, kerusuhan sampit, GAM di Aceh, penjarahan hutan di Jawa, hal ini jangan sampai terulang lagi,” tegas Tifatul.
Tifatul mencontohkan di Amerika saja Obama memiliki kewenangan membatasi informasi, kalau di Indonesia sudah ke bablasan. Keadaan ini harus dicarikan jalan keluarnya sehingga ke depan cita-cita Indonesia untuk semakin maju dan berkembang terus bisa menjadi kenyataan.
Dalam rangka membangun Indoneseia semakin maju dengan berbasis teknologi, Kemkominfo akan membangun 1.000 titik wifi gratis di seluruh kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Tahun ini, wifi gratis akan dipasang di 700 titik, sementara sisanya sebanyak 300 titik telah dipasang pada tahun 2012.
Rektor UB, Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito berharap jangan sampai saat lulus menjadi sarjana nanti mahasiswa UB hanya pintar melamar pekerjaan. Yang lebih baik saat lulus nanti alumni UB harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan, salah satunya adalah dibidang ekonomi kreatif.
“Penguasaan IT sangat penting sekali untuk mendukung kemajuan sebuah usaha, karena itu kehadiran Menteri Kominfo RI di UB, diharapkan mahasiswa bisa banyak belajar dan semakin bersemangat belajar IT untuk bisa membuat berbagai peluang usaha yang bisa dikembangkan,’ tegas Yogi. (Ode/Cah)