Berupaya menghidupkan kesenian tradisi sekaligus menyampaikan berbagai informasi kepada masyarakat, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang kembali membuat gebrakan. Kali ini dengan menggelar kesenian ludruk dengan lakon Kuncaraningrat Bertekad Bulat di Mall Olimpic Garden (MOG), Kota Malang, Sabtu (08/11).
Pementasan ludruk kali ini sangat istimewa sebab pemerannya adalah kolaborasi dari segenap tokoh, baik itu dari pejabat Dinas Kominfo Kota Malang, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang, alim ulama, hingga Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Malang Raya.
Kepala Bidang Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi (SKDI) Kota Malang, Ir. Bambang Nugroho, MT mengatakan sengaja menggelar kegiatan ini untuk melestarikan seni dan budaya. Dengan pemberdayaan seni pertunjukan rakyat (Pertura) untuk bersama nguri-uri (melestarikan, red) budaya sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat.
“Kegiatan ini merupakan kolaborasi seniman, ulama, dan umara untuk bersama mendidik masyarakat melalui seni pertunjukan rakyat,” jelas Bambang, Sabtu (08/11).
Bambang menyebutkan bahwa selain banyak mengandung nilai-nilai luhur yang diajarkan, melestarikan seni budaya sangatlah penting. Seni budaya adalah nilai kekayaan bangsa yang sangat luar biasa bahkan tidak ternilai harganya.
“Dengan bangsa Indonesia sendiri yang melestarikan nilai-nilai budaya, kami berharap ke depan tidak ada lagi bangsa-bangsa lain yang mengklaim kesenian asal Indonesia,” tegas Bambang.
Sementara itu Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang, Drs. Wasto, SH, MH mengaku senang dengan adanya kegiatan ini karena sangat baik adanya. Begitu mendukungnya kegiatan ini, ia langsung bersedia mengikuti pertunjukan.
“Saat ini tidak banyak orang yang peduli dalam pembinaan seni dan budaya, karena itu saya mendukung penuh Kominfo Kota Malang menghidupkan budaya melalui seni pertunjukan rakyat ludruk,” kata Wasto.
Di masa lalu, seni tradisi seperti ludruk merupakan alat perjuangan para pejuang Indonesia menyampaikan pesan agar tidak diketahui oleh penjajah. Di era sekarang ini tinggal bagaimana mengemas kesenian ludruk sebagai media untuk menyampaikan berbagai hal untuk mendidik masyarakat.
Kesenian ludruk yang diiringi gamelan yang terdiri dari beragam alat musik seperti gong, kenong, kendang, saron, gender, bonang, dan lain-lain yang memiliki suara yang berbeda-beda tetapi dengan keahlian seni bisa dipadu menjadi suara yang indah. Ini menjadi contoh bagi kita meskipun diantara kita terdapat perbedaan suara, pikiran, dan kehendak namun dengan kebersamaan semua perbedaan itu bisa digunakan untuk bersama-sama menyejahterakan masyarakat. (cah/yon)