Pada Rabu malam (3/10) digelar pemberian penghargaan bagi badan publik kaupaten/kota di wilayah kerja Pemprov Jatim dalam rangka keterbukaan informasi publik. Gelaran tersebut dihelat di Hotel Grand Palace kota Surabaya sekaligus pada malam tersebut diperingati sebagai hari hak untuk tahu sedunia. Selain Sekdaprov Jatim, Rasiyo, pada malam itu juga dihadiri oleh beberapa pejabat dari kabupaten/kota di Jatim yang masuk menjadi nominator.
Dari 38 kabupaten/kota di Jatim, terpilih 6 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Banyuwangi, kota Batu, kota Malang, kabupaten Pacitan, kabupaten Sumenep dan kota Surabaya. Dari enam tersebut, terbaik pertama diraih kota Surabaya, kedua kota Malang dan ketiga kabupaten Banyuwangi. Sekdaprov yang malam itu mewakili Gubernur Jatim, Soekarwo memberikan penghargaan kepada nominator dan kepada yang terbaik.
Terkait penghargaan tersebut, seharusnya kota Malang seharusnya bisa menjadi yang terbaik pertama, karena dari penyajian informasi di website dan faktor pendukung lainnya, kota Malang lebih lengkap informasi yang disajikan. Seperti halnya penyajian neraca atau laporan keuangan setiap satuan kerja di wilayah kerja Pemkot Malang sudah tersaji lengkap. Dan hal ini tidak dimiliki oleh kota Surabaya.
Sejak tahun 2010 kota Malang juga sudah mempunyai Perwal mengenai keterbukaan informasi publik (KIP), sedangkan kota Surabaya masih belum mempunyai perwal. Setidaknya beberapa hal itulah yang menjadi pertimbangan bagi pihak Pemprov Jatim dalam penilaian pelaksanaan KIP tersebut. Nampaknya penilaian ini tidak obyektif, dan pertimbangan faktor apa yang menyebabkan kota Surabaya menjadi yang terbaik pertama tidak jelas.
Hal itulah yang disampaikan oleh Kepala Dinas komikasi dan informasi kota Malang, Tri Widiyani beberapa saat setelah menerima penghargaan tersebut dari Sekdaprov Jatim. Menurutnya, penilaian ini seharusnya lebih obyektif dan fair dalam penentuan kabupaten/kota yang berhak menyandang gelar terbaik pertama. “Untuk selanjutnya hal-hal seperti ini tidak akan terjadi lagi, sehingga tidak menimbulkan pro-kontra bagi daerah,” harapnya.
Terlepas dari itu semua, perempuan berkacamata itu hanya bisa pasrah dan berharap serta menargetkan untuk selanjutnya kota Malang bisa menjadi terbaik pertama. “Kita akan berusaha sebaik mungkin dan menutupi beberapa kekurangan yang dapat menentukan kota Malang menjadi yang terbaik pertama. Ini koreksi bagi kota Malang dan kita semua, dan hal seperti ini tidak selayaknya terjadi,” imbuhnya.
Dari informasi yang diperoleh Dinas Kominfo kota Malang dari sumber yang bisa dipercaya, bahwa kota Malang memang layak dan seharusnya menjadi terbaik pertama. Pria yang juga bekerja di Dinas Kominfo Provinsi Jatim tersebut, juga mengaku tidak tahu faktor apa yang bisa menentukan kota Surabaya menjadi yang terbaik pertama. (say/tm-BIP)